Worth it Kah Kuliah di Swedia?

Tergantung apa yang engkau cari anak muda!

Swedia sendiri tidak pernah terlintas dalam benak saya menjadi negara tujuan study. Bagaimana akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke sini pun cukup random. Selama kuliah S1 keinginan saya cuman 1, ke Jepang. Saya sampai les bahasa Jepang juga. Setelah mulai bekerja, saya mikir bahwa S2 baiknya setahun aja biar gak terlalu lama nganggur. Dan akhirnya saya mendaftarkan kuliah ke kampus UK dan Ausie. Kenapa saya tiba tiba kepikiran mendaftarkan kuliah di Swedia? Hanya dua alasan random: 1. Karena saya menonton iklan codeinstitute di youtube tentang tingginya kebutuhan software engineer pada 2020 di Swedia 2. Karena saya baru saja membaca buku 100 years old man who climbed the window and disappeared. Adakah yang membaca?

Saya tidak terlalu mengenal bagaimana sistem pendidikan Swedia, perkembangan negara Swedia, dll. Apalagi saya akhirnya memutuskan berangkat ke Swedia 1,5 bulan sebelum kuliah di mulai. Keputusan mendadak.

Setelah menjalani perkuliahan selama 2 tahun, pelan-pelan saya belajar tentang sistem pendidikan negara ini. Pendidikan sini sangat agak bertolak dengan pendidikan Asia yang ambisius dan nilai oriented. Disini nilai tidak penting. Di KTH sendiri baru beberapa tahun terakhir diterapkan grading untuk nilai mata kuliah. Sebelumnya hanya Pass dan Fail. Bahkan kampus-kampus di Swedia lain seperti Uppsala dan Karolinska masih belum mengenal grading A-F. Sistem perkuliahan di sini juga kebanyakan proyek berkelompok. Tujuannya adalah untuk membangun team work. Setiap tugas selalu ada peer review. Dimana kita mengevaluasi hasil kerja teman kita. Waktu perkuliahan dibagi atas 4 period. Dimana dalam 1 period, hanya 8 minggu perkuliahan dan sisanya ujian/presentasi proyek. Benar-benar sprint. Menurut saya kuliah begini sangat melelahkan karena hampir tiap hari selalu ada kerja kelompok. Kapan belajar sendiri? Di setiap jam perkuliahan, kita memiliki waktu istirahat 15 menit (penerapan pomodoro). Jadi, waktu tatap muka dosen memang dikit banget. Yang paling berkembang di perkuliahan ini adalah tentunya kemampuan presentasi dan team work. Sedangkan materi kuliah, menurut saya tidak akan jauh berbeda dengan kuliah di Indonesia.

Satu hal yang paling saya kagumi dengan sistem pendidikan sini adalah dekatnya hubungan antara perguruan tinggi dan perusahaan. Selalu ada event visit company-company terkenal seperti Spotify, Ericsson, Electrolux, King, H&M, etc. Kesempatan untuk internship dan thesis di company juga terbuka lebar. Mereka selalu membuka lowongan master atau bachelor thesis, sama seperti Jerman. Tentunya membuka peluang untuk melanjutkan bekerja di sini. Agak berbeda dengan di Indonesia dimana kita thesis dengan supervisor dari kampus.

Defense di Swedia juga agak berbeda dengan di Indonesia. Untuk defense, kita harus mencari opponent yang akan mengoposisi isi thesis kita. Waktu defense 1 jam itu sendiri terdiri dari 20 menit presentasi, 20 menit opposisi, dan 20 menit lagi pertanyaan dari examiner atau penonton. Tidak menyeramkan.

Overall, menurut saya, sistem pendidikan Swedia ini masih underrated di Indonesia. Oleh karena itu lulusan Swedia tak seperti lulusan US yang begitu dielukan. Jadi, jika ingin mencari pekerjaan di Indonesia lebih baik kuliah di US saja.

Tetapi jika kamu ingin mencari pengalaman bekerja atau tinggal untuk waktu yang lama, Swedia adalah salah satu pilihan terbaik, apalagi jika berkeluarga. Misalnya parental leave 480 hari, pendidikan gratis anak sampai S2, akses kesehatan yang gratis. Bahkan punya anakpun ditunjang sama pemerintah. Selain itu, Swedia merupakan negara paling innovative ke dua di dunia setelah Swiss. Negara berpenduduk se DKI ini punya multinasional company yang cukup banyak jumlahnya, seperti Ericsson, IKEA, Spotify, Electrolux, King, H&M, Volvo, Scania, Daniel Wellington, Fjälräven, English First, Tetra Pax, Atlas Copco, sampai Oriflame. Banyak sekali bukan? Setelah dua tahun berkuliah di Swedia, saya menjadi less ambisius dikarenakan prinsip Lagom* nya Swedia. Tampaknya saya akan sulit jika kembali ke iklim kerja Indonesia yang senggol bacot #eh

Singkatnya, pilihlah negara tujuan study berdasarkan rencana setelah lulus, karena kuliah hanya sementara.

Info lengkap tentang kehidupan perkuliahan di Swedia bisa dibaca di http://ppiswedia.se/masakini/

Lagom (pronounced [ˈlɑ̂ːɡɔm]) is a Swedish and Norwegian word meaning “just the right amount”.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s